Selasa, 16 Agustus 2011

SHALAT 'IDUL FITRI

Setelah menjalankan puasa ramadhan,rasa bahagia dan bersyukur menyelimuti hati umat islam,karena telah dipanjangkan umur dan dapat menyelesaikan kewajiban berpuasa satu bulan lamanya serta ditutup dengan Shalat Idul Fitri berjamaah. Selain itu, Allah SWT telah memberikan kesempatan kepada kita untuk meraih sebanyak-banyaknya pahala dan menghapus segenap dosa sehingga kembali suci.

Namun ada pula kesedihan sekaligus terharu karena bulan yang begitu penuh berkah dan maghfirah ternyata akan segera berlalu. Tiada lagi kenikmatan tak terhingga berbuka puasa, tiada lagi puasa bersama seluruh keluarga, kumpul sahur dan bercanda saat buka,  suara tadarus dari masjid hingga pagi hari, kesempatan memperoleh pahala yang tak terhingga dan bulan yang mensucikan segala dosa. Yang tersisa adalah rasa takut tak berjumpa lagi dengan Ramadhan. dengan harapan umat islam dapat memulai lembaran baru lagi dalam mengisi buku amal ibadahnya di tahun-tahun selanjutnya.
 
Shalat Ied adalah ibadah  shalat sunnat yang dilakukan setiap hari raya idul fitri dan idul adha. Shalat Ied termasuk dalam salat sunnat muakkad, artinya shalat ini walaupun bersifat sunnat namun sangat penting sehingga sangat dianjurkan untuk tidak meninggalkannya.

Idul Fitri (dalam bahas arabnya عيد الفطر ‘Īdu l-Fiṭr) adalah hari raya umat islam yang jatuh pada tanggal 1 syawal pada penanggalan hijriyah, Karena penentuan 1 syawal yang berdasarkan peredaran bulan tersebut, maka Idul Fitri terjadi pada saat Puasa jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila dilihat dari penanggalan masehi. Cara menentukan 1 syawal juga bervariasi, sehingga boleh jadi ada sebagian umat Islam yang merayakannya pada tanggal masehi yang berbeda.

Diriwayatkan dari Abi Umair bin Anas, diriwayatkan dari seorang pamannya dari golongan Anshar, ia berkata : Mereka berkata : Karena tertutup awan maka tidak terlihat oleh kami hilal syawal, maka pada pagi harinya kami masih tetap puasa, kemudian datanglah satu kafilah berkendaraan di akhir siang, mereka bersaksi dihadapan Rasulullah saw.bahwa mereka kemarin melihat hilal. Maka Rasulullah SAW. memerintahkan semua manusia (ummat Islam) agar berbuka pada hari itu dan keluar menunaikan salat 'ied pada hari esoknya. (H.R : Lima kecuali At-Tirmidzi)

Pada tanggal 1 syawal, umat islam berkumpul pada pagi hari dan menyelenggarakan shalat idul fitri bersama-sama di masjid-masjid, di tanah lapang, atau bahkan jalan raya (terutama di kota besar) apabila area ibadahnya tidak cukup menampung jamaah.

Abu Sa’id Al Khudri mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى 
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha menuju tanah lapang.

Niat shalat idul fitri, sebagaimana juga shalat-shalat yang lain, yaitu cukup diucapkan di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah SWT semata, dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan ridho Nya, apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah dengan hikmah bijaksana.

“Aku niat shalat sunnah 'Idul Fitri dua rakaat menghadap qiblat menjadi ma'mum karena Allah ta'aalaa.”

Waktu melaksanakan shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya matahari. 
Syarat, rukun dan sunnatnya shalat idul fitri sama seperti shalat yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai berikut :
1. Berjamaah

2. takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua

Diriwayatkan dari Amru bin Syu'aib, dari ayahnya, dari neneknya, ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW. bertakbir pada salat 'ied dua belas kali takbir. dalam raka'at pertama tujuh kali takbir dan pada raka'at yang kedua lima kali takbir dan tidak salat sunnah sebelumnya dan juga sesudahnya. (H.R : Amad dan Ibnu Majah) 

3. Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
    4. Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih.  
    ada sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud, ia mengatakan, “Di antara tiap takbir, hendaklah menyanjung dan memuji Allah.”[28] Syaikhul Islam mengatakan bahwa sebagian salaf di antara tiap takbir membaca bacaan,

    سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ . اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي 
    Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war hamnii (Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku).”

    5. Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat kedua. Atau surat A’la dirakat pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua. 

    Ada riwayat bahwa ‘Umar bin Al Khattab pernah menanyakan pada Waqid Al Laitsiy mengenai surat apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri? Ia pun menjawab,:


    كَانَ يَقْرَأُ فِيهِمَا بِ (ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ) وَ (اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ)
     “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca “Qaaf, wal qur’anil majiid” (surat Qaaf) dan “Iqtarobatis saa’atu wan syaqqol qomar” (surat Al Qomar).”
    Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
     
    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الْعِيدَيْنِ وَفِى الْجُمُعَةِ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ) قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِى يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِى الصَّلاَتَيْنِ. 

    “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat ‘ied maupun shalat Jum’at “Sabbihisma robbikal a’la” (surat Al A’laa) dan “Hal ataka haditsul ghosiyah” (surat Al Ghosiyah).” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing shalat

    6. imam menyaringkan bacaannya.  

    7. Khutbah dua kali setelah shalat sebagaimana khutbah jum’at  
    Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan,

    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ – رضى الله عنهما – يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ

    “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr, begitu pula ‘Umar biasa melaksanakan shalat ‘ied sebelum khutbah.”[31]

    8. Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul Adha tentang hukum – hukum Qurban.  

    Telah berkata Jaabir ra: Saya menyaksikan salat 'ied bersama Nabi saw. beliau memulai salat sebelum khutbah tanpa adzan dan tanpa iqamah, setelah selesai beliau berdiri bertekan atas bilal, lalu memerintahkan manusia supaya bertaqwa kepada Allah, mendorong mereka untuk taat, menasihati manusia dan memperingatkan mereka, setelah selesai beliau turun mendatangai shaf wanita dan selanjutnya beliau memperingatkan mereka. (H.R : Muslim)

    9. Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.  

    Niat mandi hari raya idul fitri

    “Niat saya mandi pada hari Idul Fitri sunah karena Allah ta’ala”

    Ibnul Qayyim mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar ketika shalat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha dengan pakaiannya yang terbaik.

    10. Makan terlebih dahulu pada salat Idul Fitri pada Salat Idul Adha sebaliknya
      Diriwayatkan dariAnas bin Malik ra. ia berkata : Adalah Nabi SAW. Tidak berangkat menuju mushalla kecuali beliau memakan beberapa biji kurma, dan beliau memakannya dalam jumlah bilangan ganjil. (H.R : Al-Bukhary dan Muslim)

      Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata,

      كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ
      “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.”

      Tidak ada komentar:

      Posting Komentar